Sakit sebenarnya adalah,
saat kau mengambil masa istirahat
Dari rutinitas yang membuatmu lelah
Dan ketika kau bangun pagi ini
Mentari akan menyambutmu dengan ramah
Lelahmu pergi, kaupun sembuh.
Renita tersenyum membaca barisan kata yang ditulis pada kartu kecil yang terselip di antara bunga mawar yang baru saja dibawa Bram, tunangannya.
Dua bulan terakhir ini, sejak dia terbaring di rumah sakit karena kanker yang menggeregoti tubuhnya, Renita seolah hapal dengan puisi atau syair kecil yang selalu menyertai bunga yang dibawa Bram. Puisi kecil yang digubah oleh si tukang bunga.
Waktu itu, pertama kali Bram membawakan mawar merah dan rangkaian anggrek untuk Renita ke rumah sakit, Renita mengira syair-syair kecil itu hasil gubahan Bram. Dia sempat kaget, ketika mendapati sebait puisi di bunga yang dibawa Bram:
Cinta mungkin diawali saat kita saling tatap
Lalu kita jalani hari penuh tawa bersama
Dan kini, saat kau terbaring di rumah sakit
Semakin aku yakin, cintaku padamu tidak akan berakhir
Bait puisi itu membuat Renita tersanjung dan terharu. Dia menderita kanker darah. Mungkin tidak ada harapan hidup baginya. Tapi Bram, lelaki terkasihnya, tetap setia mendampinginya. Memompakan semangat dan membuktikan bahwa cintanya memang tidak akan berakhir, seperti puisi kecil yang terselip di bunganya.
Sebuah perahu selesai kurakit
Kutambatkan di pantai indah
Kunanti kau sembuh dari sakit
Agar dapat kita kayuh berdua
"Sejak kapan kamu jadi penyair, Bram?" tanya Renita siang itu, saat untuk yang kesekian kalinya Bram membawa bunga dengan sebuah kartu berisi puisi kecil. "Aku?" Bram mengedikkan bahunya, mencium kening Renita dengan penuh kasih. "Aku tidak pernah menjadi penyair," ucapnya. "Tapi bunga-bungamu selalu berisi bait puisi," Renita tersenyum. "Atau.. kau sengaja mengambilnya dari sebuah buku dan meminta penjual bunga menuliskannya?" "Bisa ya... bisa tidak," Bram memiringkan kepalanya sedikit. "Sebenarnya aku hanya memesannya dari seseorang." "O ya?" mata Renita membulat. "Jojo, si penjual bunga itu, ternyata selain mahir merangkai bunga, juga ahli membuat kata-kata indah, Reni. Mula-mula aku melihat beberapa orang yang meminta agar diselipkan kata-kata di kartu kecil untuk menyertai bunga mereka. Eh... aku juga memintanya. Kamu suka?" Renita hanya tersenyum. Bagaimana dia harus menjawabnya?
Tapi Bram tidak membutuhkan jawaban. Dia tahu Renita menyukai itu. Seperti juga Bram yang akhirnya merasa lebih tenang dengan adanya puisi kecil si tukang bunga. Dia memang akan bingung dan tidak tahu harus menulis apa tiap kali membawa bunga untuk Renita. Sungguh terasa kering dan basi bila setiap membawa bunga untuk Renita yang tertulis hanya kata-kata: Aku cinta kamu. Semoga cepat sembuh!.
"Keluarga?" tanya si tukang bunga, pertama kali ketika dia memesan puisi kecil itu. Jojo, si tukang bunga, yang usianya mungkin tidak beda dengan Bram, sekitar tiga puluhan, berwajah tenang, berwibawa dan ramah. Tidak terlalu tampan, tapi Bram yakin, banyak gadis yang antri untuk menjadi pendampingnya. Toko bunganya kecil saja. Lokasinya dekat persimpangan dan berjarak berapa blok saja dari kantor Bram, sebuah gedung kembar berlantai empat.
"Dia tunangan saya," sahut Bram. "Namanya Renita."
"Sakitnya parah?" tanya Jojo pula. Bram segan menyebutkan jenis penyakit Renita. "Tidak juga, dia hanya butuh istirahat."
"Great!" Jojo mengangguk. "Sakit sebenarnya hanya sebutan lain untuk kata istirahat," dia tersenyum, tangannya menjangkau pena. Menulis di sebuah kartu dengan tulisan tangan yang rapi dan indah. "Ini bunga Anda, dan ini puisi pesanan Anda. Tidak ada tambahan biaya untuk ini. Tunangan Anda akan sembuh. Salam dari saya." Itulah awalnya.
Dan hari selanjutnya, ketika Bram memesan bunga, tanpa diminta, Jojo pasti sudah menyelipkan sebuah puisi kecil. Sebulan berlalu ketika Bram masih mampir di toko bunga Jojo, dia tidak bisa mengelak, bahwa sakit Renita memang parah.
"Apakah Anda masih tetap mencintainya?" tanya Jojo ketika itu.
"Pertanyaan apa itu?" mata Bram memerah. "saya akan teta
TRANSLATE THIS BLOG
chit chat
Friendz
Banner Teman2 gw3
Blog Archive
Top 10 Comment
Dunia tahu, indonesia itu ada
BlogCatalog
8.24.2008
Puisi Kecil si Tukang Bunga,
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Labels
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Tukeran L1nx
Cintai aku maka aku akan mencintaimu kembali

0 komentar:
Posting Komentar