8.23.2008

Untukmu...........



MInggu depan, genap 10 bulan pernikahan Kita. Sementara bunga kecil di perutmu sudah mulai mendesak-desak ingin keluar, hmm... Tak terasa sebentar lagi bunga itu akan keluar Dan menghiasi harum rumah kecil ini. Dek, sungguh aku sudah tidak sabar untuk menciuminya sepuasku hingga tak satupun orang lain kuberikan kesempatan mencium Dan memeluknya sebelum aku, ayahnya, bosan menciumnya.
Hampir 2 tahun yang lalu, aku masih ingat saat datang ke rumahmu untuk berkenalan dengan keluargamu. Takkan pernah hilang dalam ingatanku, betapa kedatanganku untuk berkenalan malah berubah menjadi sebuah prosesi yang aku sendiri tidak siap melakukannya, yah... Aku melamarmu dik....


Padahal, baru beberapa bulan sebelum itulah Kita berkenalan di dunia Maya Waktu itu, aku tak berani menatap wajahmu meski ingin sekali aku beranikan diri untuk mengangkat wajahku Dan segera menatapmu. Tapi, entah magnet apa yang membuatku terus tertunduk. Kenakalanku selama ini ternyata tidak berarti apa-apa dihadapanmu, kurasakan sebuah gunung besar bertengger tepat di atas kepalaku Dan membuatku terus tertunduk.



Dik, aku juga masih ingat setelah pernikahan Kita,. Tidurpun, Kita masih berpisah, kamu di dalam, sementara aku harus kedinginan tidur dilantai beralaskan selimut.



.aku masih ingat kala Kita bercanda 'Teruslah dik, Mata melotot adik takkan pernah membuat abang takut atau menyerah, malaaah, adik makin terlihat cantik, makin jelas indahnya Mata adik'.



Terkadang bertubi-tubi pukulan sayang mendarat di tubuh Dan kepalaku karena adik menganggap aku meledekmu. Tapi waktu itu, aku justru merasakan kehangatan pada setiap sentuhan tanganmu yang mengalir bak air di pegunungan. Karena aku yakin, dibalik pukulan-pukulan kecil itu, deras kurasakan cintamu seiring hujan yang turun sejak selepas maghrib.



Indah bunga seroja di taman mungkin takkan pernah bisa mengungkapkan eloknya cinta Kita, cinta yang didasari atas kecintaan kepada Allah. Allah-lah yang menciptakan hati, jiwa Dan ragamu begitu rupa sehingga aku mencintaimu. Aku pun berharap, atas dasar cinta Allah pulalah adik mencintaiku. Karena hanya dengan cinta karena Allah, cinta ini akan terus berbunga Dan mewangi selamanya.



Cinta hakiki adalah cinta kepada zat yang menciptakan cinta itu sendiri, begitu seorang bijak berkata. Cinta tidak dirasa tanpa pengorbanan, kasih sayang bukan sekedar untaian kata-kata indah, Dan kerinduan yang terus takkan pernah terwujud jika hanya sebatas pemanis bibir, tambah sang bijak.



Langit akan selamanya cerah, bila Kita suburkan cinta ini. Mentari takkan pernah bosan bersinar selama kasih antara Kita tetap terpatri Dan rembulan pun tetap tersenyum, selama Kita isi Hari-Hari dengan segala keceriaan yang jujur.



Tak terasa, malam semakin larut dik. Baru saja kudengar dentang jam berbunyi duabelas kali. Sementara tangan ini masih asik dengan mengetik di komputer. Kan kutulis semua rasa bathinku malam ini, semua keindahan, kehangatan, Dan hidup dibawah naungan cinta bersamamu karena Allah..



Kau sandarkan kepalamu di dadaku, lelap sudah malam menghantarmu tidur. Tapi, ah... Bunga kecil Kita ternyata belum tidur dik... Sesekali kurasakan sentuhan kakinya dari dalam perutmu. Rupanya bunga kecil itu sudah mengenaliku sebagai ayahnya, kurasakan berkali-kali diberbagai kesempatan berdampingan denganmu, tangan-tangan kecilnya berupaya menggapai Dan menyentuhku seakan memintaku untuk segera menggendongnya.



Malam ini, Ada tangis dihatiku yang tidak mungkin aku curahkan padamu. Karena aku tahu, kaupun sudah cukup sering menahan tangismu agar tidak terlihat olehku. Jadi, mana mungkin aku menambahinya dengan air mataku yang mulai menggenang di bibir kelopak mataku ini.



Sebagai suami, aku merasa belum mampu membahagiakanmu dik. Nafkah yang kuberikan kepadamu setiap bulan, terkadang kurang Dan itu membuatku malu.



Hamper Setahun Kita menikah, tak sehelaipun pakaian kubelikan untukmu. Bahkan aku sering menangis, saat mengajakmu pergi, adik harus bingung mencari-cari sandal yang layak dipakai. Tak pernah aku mengajakmu untuk berjalan-jalan, karena aku selalu disibukkan dengan segala urusanku, tak peduli Hari libur. Aku selalu berharap adik tampil cantik Dan segar sepanjang Hari, tapi tak pernah kubelikan adik alat-alat kecantikan. Dan yang terakhir, aku tak kuasa mengingatnya dik, meski berat Kita harus melalui saat-saat Kita makan dengan makanan seadanya,

Sebentar lagi, bunga kecil itu akan hadir dik. Akankah aku, ayahnya, membiarkannya tumbuh dengan apa adanya seperti yang aku lakukan terhadapmu dik. Bersyukurlah IA karena mempunyai ibu yang sholehah Dan selalu menjaga kedekatannya dengan Allah. Karena, walau gizi yang diberikannya kelak tidak sebanyak kebanyakan anak-anak lainnya, tetapi ibunya akan mengalirkan gizi takwa dihatinya, mengenalkan Allah sebagai Rabb-nya, Muhammad sebagai tauladannya Dan mengajarkan Al Qur'an sebagai petunjuk jalannya kelak. Ibunya akan mengajarkan kebenaran kepadanya sehingga mampu membedakan mana hak Dan mana bathil,
Dik, jika IA lahir nanti, sirami hatinya dengan dzikir, suburkan jiwanya dengan lantunan ayat-ayat suci Al Qur'an, hangatkan tubuhnya dengan keteguhan menjalankan dinnya, baguskan pula hatinya dengan mengajarkannya bagaimana mencintai Allah Dan Rasul-Nya, ajarkan juga IA berbuat baik kepada orangtua Dan orang lain, bimbinglah IA dengan ilmu yang kau punya, sehingga dengan ilmu itu IA tidak menjadi orang yang tertindas. Jadikan jujur sebagai pengharum mulutnya serta kata-kata yang benar, baik, lembut Dan mulia sebagai penghias bibirnya. Sematkan kesabaran dalam setiap langkahnya, taburi pula benih-benih cinta di dadanya agar IA mampu mengukir cinta Dan kasih sayang dalam setiap perilakunya, Dan yang terakhir kenakan takwa sebagai pakaiannya setiap Hari.
Jika demikian, insya Allah harapan Dan do'a Kita untuk tetap bersama sampai di surga kelak akan lebih mudah kita gapai. Aku berharap, engkau membaca surat yang kuselipkan di bawah bantalmu malam ini. Dan jika kau telah membacanya esok pagi, jangan katakan apapun kecuali ciuman hangat di tanganku. Karena dengan begitu, aku tahu kau telah membacan

0 komentar:

Posting Komentar

Template by : kendhin x-template.blogspot.com